HIMAPETIKA Institut Pendidikan Tapanuli Selatan Ubah Kulit Kopi Menjadi Pupuk Organik

Kelangkaan pupuk untuk tanaman kopi menjadi masalah baru yang bisa jadi membuat gagal panen para petani kopi di Desa Aek Sabaon, Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Hal ini membuat Tim HIMAPETIKA IPTS (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika Institut Pendidikan Tapanuli Selatan) melalui program PHP2D (Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa) Kemendikbud membantu desa dengan pelatihan pembuatan pupuk organik alternatif pupuk anorganik dari kulit kopi itu Sendiri.

Pelaksanaan Pelatihan pembuatan pupuk organik dari kulit kopi

Menurut Muhammad Syahril Harahap, M.Pd. selaku dosen pembimbing kegiatan, program ini bertujuan menambah produktivitas masyarakat dimana kulit kopi yang biasa dibuang akan dimanfaatkan menjadi pupuk organik. “Kami berharap keterampilan membuat pupuk ini bisa mendorong masyarakat di Aek Sabaon mendapatkan penghasilan tambahan dan tidak tergantung kepada pupuk anorganik yang notabene mahal dan langka saat ini. Ke depan, rencana jangka panjang kami adalah ikut mendistribusikan (pupuk organik kulit kopi),” tutur MS Harahap dalam sambutannya. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari pejabat desa aek sabaon, Ikhwan Yunus Harahap selaku Kepala Desa menyatakan “Selama program ini memberikan hubungan yang positif tentu akan kami dukung penuh baik secara moral atau material karena memang benar dengan bisanya warga membuat pupuk mereka sendiri tentu akan mengurangi biaya produksi kopi”.

Pembuatan pupuk organik yang diperagakan Tim HIMAPETIKA IPTS dipantau langsung oleh Kepala Desa Aek Sabaon.

Pada saat yang sama, sejumlah mahasiswa dari BEM juga telah mempersiapkan pelatihan pembuatan pupuk organik dari kulit kopi dengan bahan-bahan : kulit kopi, air, telur, EM4 dan lai-lain. Kemudian Tim HIMPATEIKA IPTS mempergakan pembuatannya kepada warga dengan memasukkan semua bahan ke dalam drum yang kemudian disimpan untuk dipermentasikan.

Proses penyaringan Hasil Permentasi Kulit Kopi

Sahdi yang mewakili Tim HIMAPETIKA IPTS menjelaskan “selama seminggu dipermentasi dan kemudian menghasilkan pupuk cair melalui penyaringan dan ampasnya juga akan digabung bersama kotoran hewan untuk dijadikan pupuk padat (kompos)”. Sahdi menambahkan bahwa dampak tidak langsung penggunaan pupuk organik ini nantinya akan menjaga kelestarian Desa Aek Sabaon yang masih asri dan kaya akan potensi wisata alam karna bebas dari zat kimia dari pupuk anorganik. Sekretaris Kegiatan Yenni Lala menyebutkan bahwa kegiatan ini sudah dilakukan 3 kali dari target 3 kali pelatihan yakni tanggal 18, 25 dan 1 September 2021. Hal ini didasari kondisi pandemi covid19 yang membuat pembatasan jumlah peserta setiap pelatihan serta harus memenuhi protokol kesehatan.